Bandarlampung (Mediamerdeka.co)- Children Crisis Center (C3) mengajak masyarakat dan pemerintah turut peduli dan berperan serta dalam perlindungan anak yang dilacurkan atau anak korban eksploitasi seksual anak (ESKA) agar dapat kembali hidup normal.

“Kampanye-kampanye secara masif dibutuhkan agar ESKA ini terbebas dari stigma yang melekat padanya,” kata Ketua Harian C3 Syafrudin, di Bandarlampung, Minggu (08/03).

Ia menyebutkan bahwa ada beberapa faktor seorang anak dilacurkan yakni, ekonomi, gaya hidup, lingkungan dan hubungan keluarga yang tidak harmonis.

Di Kota Bandarlampung, lanjutnya, C3 menemukan sebanyak 38 anak di bawah umur yang dilacurkan. Dimana sebanyak 34 orang di antaranya adalah wanita dan 4 anak lainnya pria.

“Saya kira jumlah ESKA di sini masih cukup banyak, karena 38 anak yang kami rangkul keluar dari dunia itu, didapatkan dari dua lokasi yakni Way Lunik dan Panjang Selatan,” kata dia.

Ia mengatakan bahwa perlindungan terhadap anak yang dilacurkan merupakan tanggung jawab dari negara, sehingga ketika mereka sudah ingin keluar dari dunia tersebut hak-haknya sebagai anak di bawah umur pun harus dipenuhi oleh pemerintah.

“Kami pun terus mendorong pemerintah daerah lokasi yang menyediakan tempat dan memberikan konseling dan keterampilan kepada anak ini baru dipulangkan ke rumahnya,” kata dia.

Selain itu, C3 juga, mencoba memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa anak-anak yang dilacurkan ini adalah korban bukan pelaku sehingga ke depan tidak ada lagi perlakuan diskriminatif kepada mereka.

“Untuk itu kami juga telah membentuk sebuah forum masyarakat peduli anak untuk melakukan advokasi kasus dan kebijakan dalam permasalahan ESKA. Harusnya kita mengerti bahwa praktik-praktik sangat berbahaya dan memberikan dampak yang negatif dalam tumbuh kembang anak ke depan,” jelasnya.