Ustad Mix Belly

Bersabar itu Ada Ilmunya

Loading

Oleh : Mix Belly

Selama ini, mungkin kita kerap menasihati orang lain agar selalu bersabar dalam menghadapi ujian kehidupan. Namun anehnya, di saat kita sendiri yang tengah berhadapan dengan ujian atau cobaan tersebut, ternyata kita justru tak mampu bersikap sabar. Hal ini menandakan bahwa sikap atau sifat sabar memang bukanlah hal mudah, akan tetapi bukan hal yang mustahil bila kita selalu berusaha untuk terus melatihnya.

Kita tentu sepakat bila segala sesuatu itu ada ilmunya. Misalnya, dalam menjalankan ibadah sehari-hari itu ada ilmu yang harus kita pelajari terlebih dahulu, agar ibadah yang dilakukan bisa sesuai dengan aturan Tuhan dan tidak berakhir sia-sia. Termasuk sikap sabar, juga ada ilmu yang mestinya kita pelajari. Agar kita bisa memiliki sifat sabar dan ikhlas dalam menjalani kehidupan ini, maka kita pun harus berusaha mempelajari ilmu atau seni bersabar.

Dalam buku Menuai Fadhilah Dunia, Menuai Berkah Akhirat, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA. menguraikan sikap sabar dari salah satu sahabat Rasulullah Saw., yakni Ibnu Abbas. Menurutnya, sabar dalam Al-Qur’an itu ada tiga jenis. Pertama, sabar dalam menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah diwajibkan oleh Allah Swt. Misalnya, sabar menunaikan salat lima waktu, sabar saat berpuasa, dan seterusnya. Sabar jenis ini akan memperoleh tiga ratus derajat. Kedua, sabar dari apa saja yang diharamkan oleh Allah. Sabar jenis ini akan memperoleh enam ratus derajat. Ketiga, sabar dalam menghadapi musibah. Sabar jenis ini akan memperoleh sembilan ratus derajat.

Mungkin kita bertanya-tanya, kenapa pahala atau ganjaran dari setiap jenis kesabaran tersebut berbeda-beda? Berdasarkan apa yang saya pahami dari buku tersebut maka dapat disimpulkan: karena masing-masing memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Sabar menjauhi maksiat (apa yang diharamkan oleh Tuhan) tentu lebih sulit dan berat ketimbang sabar dalam menjalankan ibadah salat dan puasa. Begitu juga, sabar ketika kita sedang ditimpa ujian atau musibah (misalnya kematian orang yang kita sayangi) tentu akan jauh lebih berat dari rasa sabar ketika beribadah dan menjauhi larangan Tuhan.

Sikap sabar yang terus dipupuk sejak dini, kelak akan menghasilkan rasa legawa dan pasrah dalam menghadapi setiap hal yang telah ditakdirkan oleh-Nya. Sabar dan pasrah di sini tentu bukan berarti kita hanya berdiam diri tanpa melakukan usaha apa pun. Misalnya, saat kondisi kita sedang miskin, maka bersabar dalam kemiskinan saja tidak cukup. Artinya, kita harus berusaha menggapai rezeki yang halal, agar kemiskinan yang membelit kehidupan kita dapat teratasi.

Namun, bila kita telah berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh dan belum menghasilkan rezeki halal yang berlimpah, maka di sinilah kita harus berusaha memupuk kesabaran dan menerima dengan lapang dada keputusan yang telah digariskan oleh-Nya.

Ada keterangan yang sangat menarik dari Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA. dalam buku Menuai Fadhilah Dunia, Menuai Berkah Akhirat, bahwa kekuatan sabar yang begitu dahsyat tidak bisa diperoleh dengan harga murah. Artinya tidak mudah mendapatkan kekuatan sabar. Perlu upaya dan latihan yang disertai kesungguhan untuk menggapainya. Ada seni mendapatkan kekuatan sabar agar mampu kita terapkan dalam kehidupan ini.(***)

 

Berita Terkait

Riana Sari Arinal Bagikan Sembako Program Siger kepada Warga Terdampak Banjir di Kampung Tanjung Jati, TBB, Bandarlampung

Bandarlampung (MM)- Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Lampung Ibu Riana Sari Arinal memberikan bantuan program …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *