Bandarlampung (Mediamerdeka.co) – Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya menggelar webinar (seminar wibesite) menulis rubrik opini, Kamis, (9/7/20).
Webinar menghadirkan narasumber Ketua Departemen Ilmu Ekonomi IPB, Dr. Sahara dan Redaktur Opini Harian Lampung Post Chairil Anwar. Webinar diikuti seluruh pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan pengajar Fakultas Ilmu Komputer IIB Darmajaya.
Wakil Rektor I IIB Darmajaya Dr. RZ Abdul Aziz, S.T., M.T., mengatakan, seorang dosen memiliki pemikiran-pemikiran yang ada dapat dituangkan dalam sebuah tulisan.
“Dalam pemikiran-pemikiran yang kita miliki juga dapat diakui dengan menuangkan tulisan dalam sebuah media berbentuk opini,” ungkapnya.
Dari tulisan tersebut, lanjut dia, kepakaran seorang dosen akan semakin diakui oleh publik. “Misalnya Darmajaya kalau bicara kepakaran informatika orang lebih percaya kepada Darmajaya. Karena apa kita lebih banyak berita tentang itu bicara tentang itu dan kita juga diakui oleh semua orang baik dari cyber ataupun perangkat lunak. Sehingga kepakaran-kepakaran itu dapat diakui,” ucapnya.
Dr. Sahara menyampaikan pengalamannya saat pertama kali menulis disertasi dan berinteraksi dengan pembaca sangat sulit. “Ternyata itu susah agar tulisan kita dapat dimengerti yang lain. Jadi menulis harus dapat memahami pembaca kita siapa,” ungkapnya.
Dalam penulisan opini di media juga harus bersaing dengan ratusan tulisan opini per hari. “Bahasa yang digunakan tidak boleh terlalu ilmiah atau menggunakan bahasa populer. Tulisan yang dibuat juga harus sesuai momen seperti saat ini saat wabah pandemi Covid-19 tengah melanda,” ujarnya.
Kemudian, judul yang diberikan juga harus menarik untuk dibaca oleh bagian redaksi. “Bagi pemula dapat memulainya dari media lokal atau juga menulis di blog dan bahkan bisa melalui media sosial. Ketika tulisan mendapatkan reaksi seperti komentar merupakan apresiasi atas tulisan kita,” tuturnya.
Sahara menerangkan bahwa ketika menulis jangan orientasinya uang. “Ketika menulis jangan berpikir uangnya dulu, saya menulis untuk mempromosikan departemen saya waktu itu. Tidak dibayar pun, saya tidak apa-apa karena saya memiliki misi yang lain,” bebernya.
Ketika tulisan telah dimuat, kata Sahara, terdapat multiplier effect. “Tulisan saya di Republika sampai didatangi oleh Kementerian untuk memberikan pandangan terhadap harga pangan.
Manfaatnya menulis ini juga ide/gagasan kita dapat dibaca orang lain, keberadaan kita juga diakui oleh pembaca,” tuturnya.
Sementara, Chairil Anwar menambahkan penulisan opini harus mengutamakan aktualitas. “Mencari isu yang terhangat dan biasanya juga dengan melihat headline media. Penulis harus peka dengan isu yang bergulir di masyarakat dan dapat mengaitkan dengan momen-momen penting,” ungkapnya.
Kiat bagi para penulis pemula dengan meniru tulisan opini yang telah dimuat. “Karena untuk awal-awal yang ingin menulis dengan teknik copy the master. Nantinya kita akan mempunyai pola menulis sendiri. Penulis juga harus mengenali aturan media dan memahaminya,” terangnya.
Menurutnya, terdapat perbedaan dalam menulis jurnal dengan opini di media massa. “Terutama dengan pembaca yang akan melihat tulisan kita. Kita harus menggunakan bahasa yang populer dan berbeda dengan jurnal yang bahasa digunakan ilmiah,” tutupnya. (**)