Solo,mediamerdeka.co – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhajir Effendy, menginginkan adanya efektivitas bahasa lokal untuk memastikan kelancaran komunikasi antarpenduduk.
“Di Papua ada banyak bahasa, bahkan bahasa di setiap kampung berbeda. Ini menimbulkan ketidakefektifan. Papua sering terjadi perang suku salah satunya juga karena bahasa yang berbeda,” katanya pada Semiloka dan Deklarasi Pengutamaan Bahasa Negara di Auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS), Rabu.
Ia mengatakan, saat ini jumlah bahasa daerah di Indonesia masih mencapai ribuan. Menurut dia, di satu sisi keberadaan bahasa daerah ini harus dilestarikan, tetapi di sisi lain menjadi kendala. “Apalagi dari sebagian bahasa daerah tersebut jumlah penuturnya tidak terlalu banyak. Bahkan ada yang hanya ratusan orang,” katanya.
Oleh karena itu, ia mengarahkan ada baiknya dari seluruh bahasa daerah yang ada dipilih empat – lima bahasa untuk kemudian dijadikan bahasa utama yang penuturnya cukup memadai.
“Istilahnya untuk bahasa daerah yang lain ini diserap, jadi bukan punah. Ini memang bukan pilihan yang mudah tetapi kalau tidak demikian kita akan kesulitan mengembangkan bahasa lokal,” kata Mendikbud.
Terkait dengan hal itu, ia meminta pengembangan bahasa dibahas dalam semiloka tersebut agar diperoleh solusi yang tepat terkait pengembangan bahasa daerah.
Sementara itu, Rektor UNS, Surakarta, Ravik Karsidi, mengatakan kegiatan tersebut sejalan dengan momentum kongres bahasa pertama yang juga diselenggarakan di Kota Solo.
“Ini menjadi momentum nasionalisme bersama untuk kecintaan kita terhadap bahasa negara yaitu Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kewajiban kampus dan kementerian mengingatkan masyarakat untuk kembali ke Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,” katanya. (Ant)