Bandarlampung, Mediamerdeka.co–Petani minyak kayu putih yang juga menanam dan memproduksi pohon anti virus corona Eucalyptus jenis Globulus, menyerahkan 50 pic olahan Eucalyptus Globulus, kepada Tim Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Lampung, untuk diuji cobakan kepada pasien covid-19 yang diirawat di RSUD Abdoel Moeloek. Selasa 12 Mei 2020.
Eko M Cahyo, petani asal Bandar Jaya, Lampung Tengah itu, datang ke Posko Gugus Tugas, didampingi rekannya, dan bantuan diterima Wakil Ketua IV Tim Gugus Tugas Penanggulangn Covid-19 Provinsi Lampung. Pohon jenis Eucalyptus Globulus itu termasuk langka di Indonesia, karena habitatnya ada di negeri kangguru Australia.
“Ya dulu cuba dikasi temen. Ada bijinya kita bibit, sekarang saya cuma tanam sekitar 2,5 hektar. Lainnya pohon kayu putih. Daun Eucalyptus Globulus itu ya diproduksi hampir sama seperti minyak Eucalyptus penghasil minyak kayu putih. Warnya berbeda dengan minyak kayu putih, jenis Globulus agak ke warna oren,” katanya, di Peprov Lampung.
“Ya sepertinya cuma kita di Indonesia yang tanam pohon Eucalyptus jenis jenis Globulus, yang saya tahu ada petani Eucalyptus jenis Deglupta, dan Eucalyptus jenis Pellita. Jenis Deglupta dan Pellita umumnya untuk olaha kayu, hiasan, atau bangunan,” kata Eko.
Eko sendiri mengaku tidak sengaja menanam jenis itu. Karena memang ada yang lebih berbeda dengan minyak kayu putih. “Saya baca dari keterangan lounching kementan itu, jenis yang digunakan untuk bahan antivitus Corona itu Eucalyptus jenis Globulus. Ya kebetulan punya kita. Selama ini untuk usaha rumahanya. Jadikan minyak angin istilah kita mah. Mudah mudahan itu benar, sehingga kaya manfaat, dan bisa bermanfaat,” katanya.
Eko mengaku motivasi selama ini menanam pohon itu ya untuk usaha rumahanya. “Ya untuk usaha industri kecil kecilan mas. Sepertinya itu yang belum ada, jadi saya baca baca di internet. Bibitnya masih sedikit, saya kembangkan pembibitan dari bijinya. ya cuma sedikit, demi sedikit,” ujarnya.
Sebelumnya pohon penghasil Eucalyptus yang dilaunching Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai inovasi antivirus Covid-19 berbasis eucalyptus, ternyata sudah lama di taman dan diproduksi industri rumahan oleh petani minyak Eucalyptus Globulus di Lampung.
Kepada wartawan Eko mengaku setengah tidak percaya saat menyaksikan siaran lounching oleh Kementan itu, Dia sampai membaca berulang ulang, untuk memastikan yang disebut itu adalah benar tanaman yang di tanam, dan dia produksi selama ini.
Jika itu benar, kata Eko, dirinya langsung menyiapkan sampel produksinya, untuk disumbangkan atau menyumbangkan minyak eucalyptus globlu hasil perkebunan miliknya ke Gugus Tugas Penanganan Covid 19 Provinsi Lampung.
“Meski baru produksi terbatas, maka saya ingin membantu nyumbang untuk diuji cobakan ke Gugus Tugas di Provinsi Lampung. Kita utamakan daerah kita dulu,” kata Eko yang ingin berbuat untuk Lampung.
Eko mulai bertani Eucalyptus Globulus, sejak 2017 lalu, dan hanya beberapa hektar. Selama diproduksi secara home industri. Setelah membaca kabar Kementerian Pertanian melaunching inovasi antivirus berbasis Eucalyptus.
”Saya sebagai petani Eucalyptus Globulus ingin turut membantu saudara-saudara kita dalam menghadapi covid 19 dan saya berharap penelitian yang di lakukan kementerian pertanian tersebut bisa di terapkan kepada pasien covid 19,” kata Eko.
Selama ini Eko kerap mencoba sendiri beberapa penyakit mengunakan minyak Eucalyptus Globulus miliknya, misalnya sesak nafas, jerawat, herves, di oleskan minyak Eucalyptus Globulus cepat sembuh.
“Saya coba jerawat, ada teman herves, sesak napas, dioles minyak Eucalyptus Globulus penyakitnya sembuh,” katanya.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) melaunching inovasi antivirus berbasis eucalyptus di Ruang Utama Agriculture War Room (AWR), Jakarta, Jumat 8 Mei 2020. Produk inovasi ini merupakan hasil uji lab para peneliti pertanian yang dinilai mampu menangkal penyebaran virus.
Dilansir mediaindonesia.com Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang didampingi Kepala Balitbangtan Fajry Jufri dan Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono mengatakan, bahwa terobosan ini memiliki hasil pengujian eucalyptus terhadap virus influenza, virus Beta, dan Gamma Corona yang menunjukkan kemampuan membunuh virus sebesar 80%-100%.
“Bahkan Balitbangtan membuat beberapa prototipe eucalyptus dengan nano teknologi dalam bentuk inhaler, roll on, salep, balsem, dan defuser. Kami akan terus kembangkan dengan target utamanya korban terpapar virus Covid-19,” kata Mentan.
Sebagai informasi, saat ini ada sekitar 700 jenis eucalyptus di dunia dengan kandungan bahan aktif yang beragam. Namun bahan aktif utamanya terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus.
“Insyaallah ini akan berhasil. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk takut terhadap virus ini, tetapi kita juga harus terus waspada. Saya berharap inovasi ini bisa cepat dibagikan kepada masyarakat luas,” katanya.
Kepala Balitbang Fajry Jufri menjelaskan bahwa penelitian ini sebenarnya adalah hasil identifikasi melalui beberapa tanaman herbal dari jamu-jamuan seperti temulawak, jahe, jambu biji, dan minyak Atsiri. Kemudian setelah dilakukan uji efektivitas bahan aktif yang terkandung didalamnya, maka langkah selanjutnya adalah membawa hasil penelitian ke laboratorium.
Baru setelahnya inovasi ini bisa dikatakan sebagai produk kekebalan tubuh dan tahan terhadap paparan virus. “Kami sudah mencobanya kepada yang terpapar virus covid-19 dan hasilnya sangat baik. Namun untuk itu kita masih harus menunggu dari pihak terkait untuk dapat didistribusikan,” katanya,” katanya.
Di samping itu, manfaat dari eucalyptus ini adalah melegakan saluran pernapasan, kemudian menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut. “Dalam waktu dekat kita akan kembangkan secara luas sesuai arahan dan Presiden dan Menteri Pertanian,” tutupnya. (R)