Media merdeka.co- Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Lampung (Unila) Prof. Dr. Karomani, M.Si., menegaskan bahwa Provinsi Lampung masuk zona merah merupakan hasil kajian Badan Intelijen Negara (BIN) dan Setara Institute.
Berdasarkan hasil kajian itu menunjukkan bahwa satuan pendidikan tertentu atau sekolah tertentu ditenggarai ada indikasi terpapar radikalisme.
“Saya tidak mengatakan sekolah mana, itu urusan BIN dan para peneliti yang mengkaji soal itu,” jelas dia, Sabtu (22/6).
Demikian juga soal kampus. “Kita tidak menuduh kampus mana yngg sudah terpapar radikalisme. Dan ingat, soal radikalisme itu jangan dikaitkan dengan agama Islam atau umat Islam semata mata tapi ada hampir di semua agama,” sambungnya.
Karomani mencontohkan, penembakan terhadap umat Islam yang sedang salat di masjid di New Zealand dan pengusiran umat Islam di Rohingya.
“Ada indikasi itu semua terkait dengan radikalisme dan terorisme. Bahkan teroris besar di dunia terindikasi adalah Israel sebetulnya. Jadi kita harus adil memandang soal radikalisme dan terorisme ini jangan diidentikkan dengan agama tertentu,” papar dia.
Kemudian soal masjid di Unila, informasi dari Rektor Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. justru sedang kolaborasi untuk menjadi bagian tak terpisahkan dari Unila. Sedang diupayakan pula sama sama berpikir untuk menyelesaikan pembangunan masjid tersebut.
“Masjid Unila milik semua warga Unila, bahkan milik umat Islam. Dan saya jutsru pertama kali yang menginisiasi pembangunan masjid tersebut bersama Prof. Muhajir, pak Sultan dkk pengurus Alwasii. Sy tidak menuduh masjid itu terpisah dari Unila, tapi justru kita sedang sama sama membangun masjid itu untuk kita semua,” jelas dia.
Karomani juga menyebutkan bahwa budaya lokal Lampung sangat toleran. “Karena itu, budaya lokal harus jadi muatan kurikulum,” pungkasnya. (niz)