Warning: getimagesize(https://mediamerdeka.co/wp-content/uploads/2018/08/20180811_172635-300x169.jpg): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in /home/u711060917/domains/mediamerdeka.co/public_html/wp-content/plugins/easy-social-share-buttons3/lib/modules/social-share-optimization/class-opengraph.php on line 601

Lantaran Gas Melon Naik, Gas Melon Naik, Warga Bakauheni Gunakan Kayu Bakar

Loading

LAMPUNG – Kenaikan harga gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram atau dikenal dengan gas melon di Bakauheni, Lmpung Selatan, sudah terjadi sejak tiga pekan terakhir.
Suminah (40), warga Desa Hatta, Kecamatan Bakauheni, menyebut, kenaikan harga gas terjadi di tingkat distributor hingga pengecer. Harga gas elpiji ukuran 3 kilogram yang semula Rp22.000, naik menjadi Rp24.000, bahkan di sejumlah pengecer harga elpiji naik menjadi Rp27.000 per tabung.
Suminah terpaksa menghemat penggunaan gas elpiji kemasan 3 kilogram, dari yang biasanya digunakan untuk dua pekan, kini dihemat untuk tiga pekan. Caranya, dengan dengan memasak nasi menggunakan penanak nasi listrik, memasak air panas dengan kayu bakar serta menggunakan batok kelapa.
“Setiap membeli gas bersubsidi, pengecer menyebut kenaikan sudah berasal dari pangkalan, sehingga warga seperti saya tetap membeli gas untuk keperluan memasak,” terang Suminah, saat ditemui Cendana News, Sabtu (11/8/2018).
Berbeda dengan Suminah, warga Siring Itik, Desa Bakauheni, yang akrab dipanggil Mama Yesy (45), menyebut kenaikan harga gas elpiji ukuran 3 kilogram berdampak pengeluaran bertambah. Pasalnya, ia tinggal di daerah padat penduduk, sehingga tidak bisa memasak menggunakan kayu bakar.
Sebagai cara mengurangi penggunaan gas elpiji, Mama Yesy memilih menggunakan sejumlah alat masak dengan listrik.
Alat masak menggunakan listrik, kata Mama Yesy, mulai dari penanak nasi, pemanas air untuk merebus air. Sedangkan kompor gas hanya dipergunakan untuk memasak sayur.
Ia lebih memilih membayar listrik dengan sistem prabayar, karena token listrik mudah diperoleh di sejumlah penjual token listrik prabayar, dibandingkan dengan tabung gas elpiji.
“Bayangkan, kalau saat memasak, gas habis. Harga mahal sekaligus kadang di warung pengecer tidak ada stok, makanya saya memilih memasak menggunakan listrik,” terang Mama Yesy.
Menurutnya, harga gas elpiji bersubsidi di wilayahnya masih bertahan di angka Rp27.000 per tabung. Harga gas melon ini juga kerap berbeda antarpengecer. Sebagian masih menjual seharga Rp25.000, sebagian lagi menjualnya Rp27.000 per tabung.
Suranto (40), warga Desa Tanjungsari, Kecamatan Palas, Lampung Selatan, juga mengaku terpaksa kembali menggunakan tungku tanah, dengan bahan bakar batok kelapa dan kayu.
Menurut Suranto, semula harga elpiji ukuran 3 kilogram dibelinya seharga Rp22.000, kini naik menjadi Rp28.000.

Berita Terkait

Inilah Upaya-upaya Jasa Raharja bersama Tim Samsat Metro dalam Memaksimalkan Program Promo Keringanan Pajak Kendaraan di Provinsi Lampung

Metro (MM)- Dalam upaya memberikan informasi dan sosialisasi terkait program promo keringanan pajak kendaraan bermotor …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *